Kamis, 04 Maret 2010

KETIKA CINTA TAK BERBUAH SYURGA

Kisah nyata.

Pagi yang indah saat, saat dua mata memandang matahari terbit di balik deburan ombak. Sebuah maha karya indah, melenakan setiap insan yang memandanginya.
Kala itu, dinginnya udara pagi masih terasa menyengat. Bau amis nelayanpun masih terasa kuat. Tapi, ah.... itu tidak ada apa- apanya di banding pemandangan yang terhampar di depan mata.
Tanpa disadari dari mana ujung pangkalnya, cerita mengalir begitu saja dari seorang sahabat, sebut saja Bunga(nama samaran). Bunga adalah seorang wanita muda yang sangat optimis dan enerjik, sebenarnya orangnya biasa- biasa aja. Ya... bunga hanya seorang akhowat biasa, dengan kecerdasan biasa saja, kecantikan biasa saja, dan kekayaan yang super- duper biasa aja. Tak ada yang istimewa dalam diri bunga. Hanya saja, Bunga memiliki rasa optimisme dan percaya diri yang sangat tinggi, Bunga juga mempunyai cita- cita yang luar biasa mulia, menjadi Ustadiatul alam. Subhanalloh...
Kembali ke cerita Bunga.
Kala itu, bunga bercerita tentang keresahan hatinya. keresahan hatinya karena si "dia" yang terus menggoda dan bermain- main di pelupuk matanya.
Singkat cerita, ada seorang "ikhwan", yang sedang dekat dengan bunga. tepatnya mendekati bunga. Mereka tidak pernah bertemu sekalipun, mereka kenal lewat SMS dan HP. gimana caranya mereka kenal, tak perlu di ceritakan. Namanya juga dunia aktifis. jaringan luas, hingga ke pelosok desa- desa (he... bukan iklah lho...).
Di awal hubungan, bunga merespon si ikhwan dengan respon yang sangat "positif" tidak ada rasa atau kecurigaan apapun terhadap hubungan keduanya. bahkan Bunga benar- benar menganggap si ikhwan saudaranya. hingga bunga rela mendengarkan curhat dan membalas semua SMS sekalipun itu tak penting sama sekali. Bukankah "perempuan itu Asy syaqa'iq (saudara kandung) kaum laki- laki"(HR.Abu Daud). Jadi , ya... gak ada masalah. Pikirnya kala itu.
Hingga pada satu titik, bunga sadar...ada yang salah dengan hubungan mereka. Tidak layak untuk 2 orang yang bukan muhrim, berhubungan seintim itu... sekalipun itu atas nama sebuah "persaudaraan". Sekalipun tidak ada interaksi fisik di antara keduanya. Sekalipun keduanya hanya berhubungan melalui perangkat komunikasi. Tapi, ah... Masyaalloh...syaithon telah merasuki hatinya, Bunga sadar bahwa hubungannya dengan si ikhwan sudah termasuk Zina hati. dan itu masuk kategori penyakit hati...
Terpekur lesu, Bunga dengan kesadarannya. menangis ia tak henti meminta ampunan dari RobbNya. Hingga ia putuskan untuk tidak merespon semua SMS dan Telpon dari si ikhwan, besikap ketus dan acuh pada si ikhwan, dan berpuasa daud sebagai iqob personalnya. Bunga sangat menyesal...
Tapi hal itu tidak bertahan lama, si ikhwan tetap bersikap baik seolah tak ada apa- apa, hati bunga perih setiap kali ia mendapatkan SMS dari si ikhwan atau melihat ada koment di status FB bunga. Tapi bunga tak bisa berbuat apapun, karena ternyata si ikhwan tetap menganggap semua ini hal yang biasa saja. si ikhwan bersikukuh bahwa interaksi yang dia lakukan masih dalam batasan syariat. ya...memang hanya Alloh yang tau isi hati setiap umatnya.
Bunga sadar bahwa Persaudaraan adalah nikmat terbesar yang dilimpahkan Alloh kepada setiap hambaNya yang beriman. Nikmat inilah yang terasa dimiliki oleh mereka yang berkecimpung dalam aktivitas da'wah. Dan ia akan terasa manis ketika bunga-bunga persaudaraan menghiasi kerja da'wah dalam sebuah organisasi
Namun, tidak layak rasanya semua jika membuat kita terlena tatkala menikmati persaudaraan dalam kerja da'wah yang diamanatkan Alloh itu. Kita, terutama ikhwan-akhwat harus tetap waspada agar nikmat itu tidak menjelma menjadi laknat yang justru akan mencelakakan dan memerangkap kita ke dalam lembah fitnah yang mengancam setiap aktifitas da'wah.
Semakin besar dan meluasnya kerja da'wah akhir-akhir ini, menuntut berbagai strategi baru di kalangan aktivis da'wah, yaitu ikhwan-akhwat juga sulit untuk dielakkan. Karena memang ruang lingkup kerja yang makin luas dan besar menuntut hal itu.
Di kalangan ikhwan-akhwat yang bukan mahram dan belum menikah, tuntutan untuk "saling-salingan" pun muncul mengiringi perkembangan situasi itu. Saling menasehati, saling tolong-menolong , saling berpesan, saling telepon,saling misscalled, saling sms dan saling-saling lainnya. Hal ini tentu tidak terlepas dari alasan bahwa kita bersaudara dan ini berkaitan dan demi kerja da'wah.
Tentu alasan ini bisa dibenarkan, karena memang seorang saudara memilikihak ukhuwah atas saudaranya. Namun, kita juga mesti waspada agar salin-salingan itu tidak menyeret para ikhwan dan akhwat ke sebuah lembah yang jauh dari kemuliaan dakwah di mata Allah SWT. Karena jika kita mau jujur, dalam interaksi keduanya , sangat tipis sebenarnya jarak yang membedakan mana yang memang murni da'wah dan menunaikan hak ukhuwah, dengan mana yang interaksi berbumbu niat-niat lain. Hanya diri kita sendiri dan Allah sajalah yang tahu maksud kita sesungguhnya ("Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati" Al-Mukmin : 19). Oleh sebab itu kita harus banyak bertanya dan jujur pada hati nurani sendiri. SMS atau Missed call misalnya, bukankah SMS atau missed call rindu bisa saja berjubah SMS atau Missed Call amanah da'wah.
Sekirannya fenomena itu memang ada atau memang sudah mulai mengemuka, maka suatu hal yang mesti kita sadari adalah, bahwa kita hanya terikat karena dan dalam da'wah. Dan kita menyadari bahwa ada aturan ikatan kekerabatan (mahram) diantara kita. Oleh sebab itu kita perlu "pemurnian" agar interaksi ikhwan dan akhwat itu betul-betul interaksi da'wah yang tak secuil apapun disekutui niat lain didalamnya. Kitalah yang harus cerdas membedakan, mana interaksi da'wah yang memang mesti ditunaikan dan mana interaksi yang menyimpang yang mesti tak kita lakukan.
Tulisan ini tidak bermaksud menggurui dan bukan pula bertujuan untuk mengajak kita memutus interaksi antara keduanya. Kami hanya menuntut proposionalitas menghadapi fenomena yang berpeluang menjadi fitnah ini. Kita mesti menempatkan segalanya sesuai porsi mereka masing-masing. Kita tidak bisa menafikkan bahwa kita juga sering lupa. Dan ingatlah, bahwa fitnah itu juga bersemi diladang-ladang kebaikkan.
"Ingatlah Bahwa Allah Bersama Anda Dimana pun Anda Berada. Dia Mengawasi Anda dan Apa Saja Yang terlintas dipikiran Anda Pasti di KetahuiNya" (Hasan Al Banna). Wallohu' alam Bisshowab.
Terakhir yang ingin di sampaikan Bunga adalah, “ Akhi, kau memang saudaraku, tapi kau bukan mukhrimku. Sayangilah aku hanya karena Alloh, dan jagalah aku sebagai saudarimu dari segala tipu daya syaithon. Afwan .... ”

Tertulis seperti yang disampaikan di setujui Bunga pada Dina Hanugrah.

1 komentar:

Sebagai masukan dan bahan pembelajaran siapapun, tolong berikan komentar anda.... :)