Rabu, 02 Juni 2010

Catatan Hati... part.3

Semalam, sepulang beraktifitas. Karena sakit gigi yang semakin menggila, kuputuskan untuk menonton TV. Niatnya sih supaya lupa sama tu sakit...e'...ternyata lupa beneran.ada film bagus di SCTV sekitar jam 22.00. Film indonesia, ringan tapi sangat mengena. judulnya Walginah (kalo gak salah). Film itu berkisah tentang seorang perempuan bernama Walginah, perempuan asli Indonesia yang seperti ikebanyakan perempuan Indonesia(terutama Jawa), merupakan sosok perempuan yang sangat nrimo (menerima& pasrahan). kendatipun beberapa penderitaan dan cobaan hidup bertubi- tubi menghampirinya.
Tapi sosok dalam film tersebut yang membuat saya terpukau kagum bukanlah sosok walginah, tapi sosok seorang perempuan (bukan pemeran utama) yang menjadi ibunya Drajat (suami kedua walginah).
Sang ibu (yang saya tidak tau namanya) merupakan seorang wanita yang memiliki resistensi tinggi terhadap penderitaan. ceritanya, dia rela dibenci anaknya Drajat karena harus meninggalkan ayah kandung Drajat saat sakit parah untuk menikah dengan seorang Jepang. alasannya sangat sederhana, dan realistis, demi Drajat anaknya. berikut adalah dialog yang menjelaskan alasan tersebut :
sang ibu berkata "Yang kamu tahu hanya tentang pengkhianatan itu, dan karena itu kamu membenci ibumu. Tidakkah kamu coba bertanya Jat, kenapa ibu melakukan itu? . Demi Alloh Jat, aku tidak mencintai laki- laki penjajah itu, yang kerjanya hanya merendahkan kaum perempuan, menjadikan setiap perempuan disekitarnya hanya sebagai gundik. Demi Alloh, sampai detik ini aku masih mencintai Ayahmu, tempatnya tidak tergantikan dihatiku. Tapi, kutanya kamu sekarang. Jika aku masih menikah dengan Ayahmu, apakah kamu bisa menamatkan kuliah mahalmu itu?apakah kamu bisa menjadi seorang akuntan seperti sekarang ini. Disaat itu aku harus membuat keputusan yang sangat cepat. Dan aku memilih, menyelamatkan masa depanmu diatas segala- galanya. ya, aku memilih kamu Jat...." (kurang lebih begitu)

hufft...penggalan dialog yang sangat dramatis menurutku. Bagaimana pada akhirnya seorang ibu rela berkorban, tanpa pamrih untuk anaknya. kendatipun karenanya dia dibenci bahkan oleh anak yang dibela & diperjuangkannya. untuk masa depan putra terkasihnya. walau ia harus membayar mahal karenanya.

Jadi inget kisah Bunda Najiyah yang rela menghanyutkan Musa di Sungai nill agar anaknya selamat dari kekejian firaun... pasti Najiah menghanyutkan musa dengan hati yang teramat berat.ibu waras mana yang rela & tenang- tenang saja membuang bayi kandungnya kesungai. pasti ada segi posesif seorang wanita pada waktu itu yang muncul. Hal tersebut dapat tersirat dari tilisan yang dibuat najiyah di keempat sisi keranda nabi musa.
Tapi Najiyah rela mengorbankan perasaan demi keselamatan putranya, dia rela berpisah dengan putranya, dan dikenal hanya sebagai ibu susu sampai Alloh membukakan semua tabir kebenaran.
Najiah, seorang ibu yang meletakkan keselamatan putranya diatas perasaannya. dan itu dia lakukan dengan sadar.
Najiah mengembalikan semuanya pada Alloh dan Janji Alloh padanya...

kemudian siti hajar,tujuh kali dia berlari antara bukit safa dan marwah untuk mencari Air, karena putranya ismail menangis kehausan. tapi air itu tak kunjung ditemuinya, karena memang disana tidak ada sumber mata air. tapi bahkan setelah satu, dua, tiga kali, Hajar tetap berlari dari bukit shofa menuju marwah untuk mencari air, walau dia tau, disana tak ada sumber air. sampai akhirnya, Alloh menurunkan karunia & bukti cintanya, Air itu terpancar dari bekas jejakan kaki ismail yang menangis karena kehausan. maha besar Alloh atas segala Janjinya.
Siti Hajar, seorang wanita biasa yang hanya meyakini bahwa janji Alloh itu benar. Rela berkorban untuk putranya Ismail as, dia rela berlari nenyebrangi dua bukit. di bawah terik matahari dan debu padang pasir kota Makkah yang sama sekali tidak bersahabat.tanpa bekal apaun.
Aku hanya bisa membayangkan, hajar pada waktu itu, ditengah padang pasir yang luas, melihat anaknya menangis kehausan. Dia hanya berfikir, bagaimana mendapatkan air untuk putranya, agar putranya bertahan hidup. dia berlari melintasi dua bukit, tanpa lelah dan putus asa. Dia hanya sedang berusaha, semoga ada harapan disebrang sana.
Bahkan hajar tak memikirkan dirinya sendiri pada waktu itu. berlari melintasi bukit shafa dan marwah di bawah terik matahari bukanlah hal yang mudah. Aku yakin pada waktu itu, bukan hanya Ismail yang kehausan dan ketakutan. Pun Bunda Hajar, pasti merasakan ketakutan dan kehausan yang berkali lipat dari apa yang dirasakan Ismail as .
Tapi, bunda Hajar mengabaikan semua yang ia rasakan. Hanya Ismail yang ada di benaknya, bagaimana mencari air untuk Ismail putranya.
Pantaslah jika Alloh, mengabadikan moment itu sebagai salah satu ritual dalam ibadah haji. Ya, agar seluruh umat muslim tau, dan mengenang keluhuran cinta Siti Hajar- keikhlasan, usaha dan pengorbanan SEORANG IBU UNTUK PUTRANYA- Ismail as.

Setiap ibu pasti rela mengorbankan apapun demi putranya. Ayah juga...walau tak sebesar ibu.
Yang jelas, setiap orang tua pasti rela mengorbankan apapun demi putranya, Cinta yang mereka berikan merupakan cinta yang ikhlas. Cinta yang tak mengenal syarat, cinta yang berasal dari mata air pengorbanan.
cinta itu, cinta yang kita rasakan pada setiap untaian doa yang mengangkasa, pada setiap tatap lembut penuh makna.
mereka meletakkan cintanya pada kita, diatas segalanya...

_because I love U, Ayah & ibu_

Selasa, 01 Juni 2010

Alloh...Aku Jatuh Cinta!!!!!

Alloh, aku mencintainya. bolehkah?aku janji, akan menyimpan cinta ini hanya dihati. tak akan ku umbar jika engkau belum menghalalkannya. dan aku janji Alloh, cinta ini tak akan mengalahkan cintaku padamu...aku janji Alloh...
aku mulai jatuh hati, ketika kami pertama bertemu. dia begitu teguh dengan pendiriannya, dia juga orang yang sangat mandiri.
dia yang mengajarkanku untuk lebih mencintaiMu atas segala rahmat yang Kau beri untukku. Dia juga yang mengajarkanku tentang arti hidup, kerja keras, tanggungjawab dan pengorbanan. Dia juga mengajarkanku tentang arti menghargai perbedaan.
kesederhanannya, senyumnya, sikapnya membuatku jatuh cinta padanya. Dan payahnya, cinta itu semakin besar, walau aku sudah coba membunuhnya. kini tempatnya, tak tergantikan di hati. tentunya setelah Engkau dan Orangtuaku Alloh.
Jika Engkau berkenan, i hope, some days... satukanlah kami dalam ikatan suci seperti engkau menyatukan cinta fathimah dan Ali, seperti engkau mengabulkan doa Zainab atas Muhammad, dan seperti engkau menyatukan hati- hati mereka yang saling bertaut satu sama lain...Alloh, aku hanya ingin membuat cinta ini Hallal, dan mendapatkan rahmat serta barokahmu.amin...
@_@


*huft.... kurang lebih, begitulah dia mencatat dalam buku diarynya.
bingung, tiba2 seorang mutarobi, memintaku membaca catatan hariannya, katanya karena dia tak bisa bercerita langsung. oh....ternyata karena perkara ini....
sampai detik ini aku masih syok membacanya, jangankan memberi tanggapan. berkomentarpun aku tak kuasa...
bukankah tak ada yang salah dengan rasa cintanya?????
some body...pleace help me....

Senin, 31 Mei 2010

CATATAN HATI, Part 2

Alloh...jika boleh aku berkeluh kesah, aku sedih sekali hari ini. kesedihan yang benar- benar memuncak.walau, sudah ku persiapkan hari ini sebelumnya.
Satu ruang di hatiku telah diambil isinya...habis semua, bahkan tak tersisa lagi...mereka semua mengambilnya.Ya, aku tahu semua ini akan terjadi lambat, atau cepat.
Alloh, kukembalikan semuanya padamu. Pada titik keikhlasan bahwa aku melakukan semua ini hanya untukmu. Bukan karna perkara prestise.
Alloh, kukembalikan semuanya kepadamu...pada titik aku memulai langkah hanya untuk mencari ridhomu...bukan untuk mendapat pujian siapapun...
Alloh, ku kembalikan semuanya padamu...pada titik, aku hanya berharap cintamu...bukan ingin mendapat cinta mereka...atau siapapun diantara mereka...
Alloh, bantu aku melepaskan dendam dan kemarahanku pada mereka....
dan detik ini ku berazam...lihatlah, kan kubuktikan...aku bisa melampaui mereka...ya aku akan melampaui kalian...

Jumat, 28 Mei 2010

JIHAD ITU, DIMULAI DARI RUANG PERSEGI EMPAT....

Lathifah As Suri, tahukah engkau siapa dia???
Beliau adalah istri As-Syahid Imam Hassan Al- Banna. tak banyak buku atau kisah tentang beliau. Sejarahnya berhenti pada, bahwa sebelum menikah dengan sang Maestro Gerakan beliau adalah seorang wanita dari keluarga yang taat beragama dan memiliki karir yang cemerlang.
Setelah menikah Lathifah as Suri, mencukupkan semua kegiatan luarnya dan memilih fokus menjadi ibu full time dengan 6 orang anak. Itu adalah jalan Jihad yang dipilihnya. Beliau sadar, bahwa beban dakwah sang suami tidaklah ringan, dan karenanya beliau memilih jalan perjuangan lain. Bukan di medan tempur, tapi di sebuah rumah, membangun titik peradaban yang sebenarnya.
Perjuangan Lathifah membuahkan hasil yang gemilang. Semua anaknya sukses meraih predikat formal dalam pendidikan ilmiah. Yang sulung, bernama Wafa-menjadi istri Dr.Said Ramadhan. Kedua Ahmad Saiful Islam, kini sebagai sekjen advokat di Mesir. Ia juga pernah duduk di parlimen. Ketiga bernama Tsana, kini sebagai dosen di Universitas Kairo. Kelima Roja, kini menjadi doktor. Dan Halah sebagai dosen kedoktoran anak di UniversitasAzhar. Dan terakhir, Istisyhad sebagai doktor ekonomi Islam. Semuanya itu sebagai bukti, betapa berartinya sosok Ibu bagi keberhasilan dakwah sang suami dan anak.

Jika kelak anda menjadi seorang orangtua, akan menjadi akan menjadi orangtua seperti apakah anda?????

Rabu, 26 Mei 2010

Kisah LUCU Tentang Persahabatan

Ini kisah persahabatan dua anak manusia.Yang satu adalah putra presiden,yang laen pemuda rakyat jelata bernama Pono.Persahabatan ini terjalin sejak mereka masih dibangku sekolah.Pono punya kebiasaan yang kadang menjengkelkan.Apa pun peristiwa yang terjadi didepannya selalu dianggap positif."ITU BAEK"katanya senantiasa.
Hari itu seperti yang sering mereka lakukan,Pono menemani sahabatnya berburu.Tugasnya membawa senapan dan mengisi peluruagar selalu siap digunakan.Entah kenapa,barangkali belum terkunci secara sempurna,setelah diserahkan kepada sahabatnya senapan itu meletus.Akibatnya cukup fatal.Ibu jari putra presiden terkena terjangan peluru dan putus.Melihat itu tanpa sadar dengan kalemnya Pono erkomentar."ITU BAEK"kontan sahabtanya naik pitam.Bagaimana kau ini!Jempolku putus tertembak,malah dibilang baik.Brengsek!Agaknya,kali ini kelakuan Pono tak termaafkan.Ia dijebloskan ke penjara.Berapa bulan kemudian,sang putra presiden kembali berburu ke Afrika.Malang,Ia tersesat dihutan lebat dan tertangkap suku primitif yang masih kanibal.
Malam harinya,dalam keadaan terikat IA akan dibakar untuk disantap ramai ramai.Anehnya,mendadak Ia dibebaskan belakangan ketahuan,suku tersebut pantang memangsa makhluk yang organ tubuhnya tidak lengkap.Nasib baek itu membuat sang putra presiden termenung.Ia teringat kembali peristiwa ketika jempolnya putus tertembak lantaran ulah Pono.Ia kemudian menemui Pono di penjara."Ternyata kau benar,Ada baeknya jempolku tertembak"katanya sambil menceritakan peristiwa yang baru saja dialaminya di Afrika."Aku menyesal telah memenjarakanmu"
"Oh tidak!Bagiku,ini baek"Memenjarakan teman kau bilang baek?" kalau aku tidak dipenjara,pasti saat itu aku bersamamu."Kisah satir ini mengingatkan pada pernyataan Randolph Bourne,intelektual Amerika yang juga anak didik John Dewey.Ktanya,seorang temen itu memang dipilih untuk kita berdasarkan hukum perasaan yang tersembunyi,bukan oleh kehendak sadar kita si manusia.

UMAHAT MASA KINI

terinspirasi tablois suara islam edisi 15. Katanya, Tak ada umat manapun yang akan tetap eksis di dunia ini, bila tidak ditopang dengan peran para ibu dalam melahirkan generasi penerus yang tangguh. Tangguh dalam mempertahankan eksistensi umatnya maupun tangguh dalam menghadapi persaingan global dengan umat yang lain. Pun dengan Islam, kebangkitan umat yang terus diupayakan untuk meraih kejayaan jilid kedua (setelah Khulafau Rasyidin) membutuhkan peran yang cukup besar dari para ibu. Tak hanya ibu yang berani melahirkan anak yang banyak (huffh...), tapi juga ibu yang berani mempersiapkan diri, anak-anaknya dan suaminya terjun dalam barisan perjuangan Islam.

Gelar “Ibu” atau “Ummi” memang memiliki makna khusus dibandingkan istilah wanita atau perempuan (dalam bahasa Arab biasa disebut Nisaa’). “Ummi” mengandung makna sebuah tanggung jawab yang besar yang melekat pada seorang wanita. Tanggung jawab seorang ummi berdimensi sangat luas, tak sekedar menjadi seorang ibu biologis bagi anak-anak yang dilahirkannya saja.

Islam memberikan peran yang cukup besar kepada para ummahat (ibu-ibu). Paling tidak ada tiga dimensi utama peran ibu dalam pandangan Islam. Pertama adalah peran ibu dalam dimensi keluarga, kedua dimensi sosial masyarakat dan ketiga dimensi politik.

Pada dimensi pertama, semua kewajiban yang digariskan Allah SWT kepada para ibu akan berdampak langsung kepada semua elemen dalam keluarga. Kewajiban itu mencakup tanggung jawab sebagai istri maupun sebagai ibu. Dalam tulisan ini tak akan banyak dibahas dimensi pertama ini. Pendek kata, peran ummi dalam sebuah keluarga sebagai ummun wa rabbatul bait diharapkan dapat mewujudkan ketenangan dan kebahagiaan bagi suami dan anak-anaknya.

Perbincangan peran ummahat pada dimensi kedua dan ketiga yakni sosial, masyarakat dan politik sering luput dalam sorotan. Seolah para ummahat hanya memiliki kewajiban tunggal di dalam rumahnya saja. Padahal, sesungguhnya ummahat adalah bagian dari umat juga. Mereka juga memiliki tanggung jawab untuk menopang kekuatan umat. Mereka juga dituntut untuk berkontribusi dalam perubahan umat menuju masyarakat Islam.

Tak dapat dipungkiri bahwa dalam realita sejarah telah terbukti bahwa para ummahat ikut ambil bagian dalam perjuangan Islam. Dari masa Rasulullah SAW hingga masa generasi sesudahnya terukir nama para ummahat yang rela menyumbangkan tenaga, waktu, pikiran, harta, serta keahlian dalam dakwah Islam. Berikut ini beberapa peran yang patut dijadikan acuan bagi para ummahat di masa ini:

Aktif melakukan dakwah fikriyah. Umat yang hidup dalam lingkaran pemikiran kapitalis sekuler tak akan bisa bangkit kecuali bila pemikirannya berubah menjadi pemikiran Islam. Perubahan pemikiran umat ini memerlukan sentuhan dakwah yang tepat dan terus menerus. Dalam konteks ini, para ummahat memiliki peran yang besar untuk mendakwahkan pemikiran Islam di tengah keluarga, kerabat dan kaum wanita secara umum. Dakwah yang bisa mencerahkan umat untuk memprioritaskan keridhaan Allah dan Rasul-Nya daripada kenikmatan duniawi.

Dalam periode awal Islam tercatat bagaimana Umar bin Khaththab tersentuh dakwah pertama kali ketika adik perempuan bersama suaminya secara tak sengaja membaca ayat-ayat Alquran dan membuat Umar marah. Namun, keteguhan sang adik, di samping hidayah dari Allah SWT mampu memicu keislaman Umar, yang pada masa berikutnya justru menjadi pembela setia Rasulullah dan menjadi salah satu Khalifah.

Demikian pula kita dapat melihat bagaimana Sumaiyyah rela mengorbankan nyawanya untuk mempertahankan keimanannya. Keteguhan keluarga Amar bin Yassir ketika mendapatkan penyiksaan dari kaumnya, memberikan energi yang luar biasa bagi orang mukmin lainnya, betapa keridhaan Allah dan Rasul-Nya itu jauh lebih berharga daripada keridhaan kaumnya. Di masa ini, umat membutuhkan banyak umahat yang gigih mendakwahkan Islam di tengah keluarga dan para wanita lainnya, agar mereka dapat menjadi pendukung tegaknya kehidupan Islam. Sebab, masih banyak keluarga-keluarga dan para wanita yang telah teracuni oleh pemikiran sekuler belum dapat menerima aturan-aturan yang datang dari Islam.

Aktif mempromotori lingkungan yang Islami. Lingkungan adalah elemen terdekat bagi sebuah keluarga. Rusak atau baiknya lingkungan sedikit banyak akan membawa dampak secara langsung kepada keluarga-keluarga yang hidup di dalamnya. Tanpa ada upaya dari kader dakwah untuk mengubah atau mewarnai lingkungannya dengan pemikiran, perasaan dan kegiatan keislaman, maka keluarga muslim yang taat akan terisolasi dan terasing dari lingkungannya. Itulah sebabnya, para ummahat yang sebagian besar waktunya berada di lingkungan sekitar rumah punya peran yang strategis dalam menyuburkan lingkungan yang Islami.

Kita dapat meneladani apa yang dilakukan oleh ibunda Aisyah dalam mengajarkan ilmu Islam kepada para sahabat Rasulullah saw. Demikian pula apa yang dilakukan oleh putri Rasulullah saw, Fatimah, yang giat mendatangi para wanita dari kaumnya untuk mengajarkan Islam serta mendatangi para qadhi (hakim) untuk mengingatkan mereka agar senantiasa berpegang pada hukum Allah dan tidak berlaku dzalim.

Aktif menyumbangkan harta untuk dakwah. Sekalipun laki-laki yang diwajibkan bekerja untuk mencari nafkah, bukan berarti wanita tak boleh bekerja untuk memperoleh harta. Islam memberikan hak penuh kepada para wanita untuk memiliki dan menggunakan hartanya, baik yang diperoleh dari bekerja, nafkah, hadiah, warisan atau yang lainnya.

Para ummahat yang diberikan kemampuan harta oleh Allah seyogyanya menyumbangkan sebagian hartanya di jalan dakwah. Hal ini sangat berharga untuk memperkuat upaya perjuangan Islam, kerena perjuangan itu membutuhkan biaya. Isteri Rasulullah SAW, Khadijah merupakan contoh nyata seorang ibu yang memiliki kekayaan harta dan semua dia persembahkan untuk mendukung perjuangan Rasulullah dalam menegakkan panji-panji Islam.

Aktif menggalang kesatuan dan kekuatan ummat. Bagaimanapun, umat yang terdiri dari kaum wanita dan laki-laki dan tersebar dalam berbagai kelompok, ormas, orpol, jama’ah dll merupakan aset perjuangan Islam. Mereka semua perlu dipersatukan dan digalang untuk satu tujuan yang sama, yakni menegakkan kehidupan Islam. Karenanya, bersilaturahmi dengan para ustadzah, tokoh wanita Islam yang berpengaruh di tengah umat menjadi agenda penting bagi kader dakwah.

Kamis, 04 Maret 2010

KETIKA CINTA TAK BERBUAH SYURGA

Kisah nyata.

Pagi yang indah saat, saat dua mata memandang matahari terbit di balik deburan ombak. Sebuah maha karya indah, melenakan setiap insan yang memandanginya.
Kala itu, dinginnya udara pagi masih terasa menyengat. Bau amis nelayanpun masih terasa kuat. Tapi, ah.... itu tidak ada apa- apanya di banding pemandangan yang terhampar di depan mata.
Tanpa disadari dari mana ujung pangkalnya, cerita mengalir begitu saja dari seorang sahabat, sebut saja Bunga(nama samaran). Bunga adalah seorang wanita muda yang sangat optimis dan enerjik, sebenarnya orangnya biasa- biasa aja. Ya... bunga hanya seorang akhowat biasa, dengan kecerdasan biasa saja, kecantikan biasa saja, dan kekayaan yang super- duper biasa aja. Tak ada yang istimewa dalam diri bunga. Hanya saja, Bunga memiliki rasa optimisme dan percaya diri yang sangat tinggi, Bunga juga mempunyai cita- cita yang luar biasa mulia, menjadi Ustadiatul alam. Subhanalloh...
Kembali ke cerita Bunga.
Kala itu, bunga bercerita tentang keresahan hatinya. keresahan hatinya karena si "dia" yang terus menggoda dan bermain- main di pelupuk matanya.
Singkat cerita, ada seorang "ikhwan", yang sedang dekat dengan bunga. tepatnya mendekati bunga. Mereka tidak pernah bertemu sekalipun, mereka kenal lewat SMS dan HP. gimana caranya mereka kenal, tak perlu di ceritakan. Namanya juga dunia aktifis. jaringan luas, hingga ke pelosok desa- desa (he... bukan iklah lho...).
Di awal hubungan, bunga merespon si ikhwan dengan respon yang sangat "positif" tidak ada rasa atau kecurigaan apapun terhadap hubungan keduanya. bahkan Bunga benar- benar menganggap si ikhwan saudaranya. hingga bunga rela mendengarkan curhat dan membalas semua SMS sekalipun itu tak penting sama sekali. Bukankah "perempuan itu Asy syaqa'iq (saudara kandung) kaum laki- laki"(HR.Abu Daud). Jadi , ya... gak ada masalah. Pikirnya kala itu.
Hingga pada satu titik, bunga sadar...ada yang salah dengan hubungan mereka. Tidak layak untuk 2 orang yang bukan muhrim, berhubungan seintim itu... sekalipun itu atas nama sebuah "persaudaraan". Sekalipun tidak ada interaksi fisik di antara keduanya. Sekalipun keduanya hanya berhubungan melalui perangkat komunikasi. Tapi, ah... Masyaalloh...syaithon telah merasuki hatinya, Bunga sadar bahwa hubungannya dengan si ikhwan sudah termasuk Zina hati. dan itu masuk kategori penyakit hati...
Terpekur lesu, Bunga dengan kesadarannya. menangis ia tak henti meminta ampunan dari RobbNya. Hingga ia putuskan untuk tidak merespon semua SMS dan Telpon dari si ikhwan, besikap ketus dan acuh pada si ikhwan, dan berpuasa daud sebagai iqob personalnya. Bunga sangat menyesal...
Tapi hal itu tidak bertahan lama, si ikhwan tetap bersikap baik seolah tak ada apa- apa, hati bunga perih setiap kali ia mendapatkan SMS dari si ikhwan atau melihat ada koment di status FB bunga. Tapi bunga tak bisa berbuat apapun, karena ternyata si ikhwan tetap menganggap semua ini hal yang biasa saja. si ikhwan bersikukuh bahwa interaksi yang dia lakukan masih dalam batasan syariat. ya...memang hanya Alloh yang tau isi hati setiap umatnya.
Bunga sadar bahwa Persaudaraan adalah nikmat terbesar yang dilimpahkan Alloh kepada setiap hambaNya yang beriman. Nikmat inilah yang terasa dimiliki oleh mereka yang berkecimpung dalam aktivitas da'wah. Dan ia akan terasa manis ketika bunga-bunga persaudaraan menghiasi kerja da'wah dalam sebuah organisasi
Namun, tidak layak rasanya semua jika membuat kita terlena tatkala menikmati persaudaraan dalam kerja da'wah yang diamanatkan Alloh itu. Kita, terutama ikhwan-akhwat harus tetap waspada agar nikmat itu tidak menjelma menjadi laknat yang justru akan mencelakakan dan memerangkap kita ke dalam lembah fitnah yang mengancam setiap aktifitas da'wah.
Semakin besar dan meluasnya kerja da'wah akhir-akhir ini, menuntut berbagai strategi baru di kalangan aktivis da'wah, yaitu ikhwan-akhwat juga sulit untuk dielakkan. Karena memang ruang lingkup kerja yang makin luas dan besar menuntut hal itu.
Di kalangan ikhwan-akhwat yang bukan mahram dan belum menikah, tuntutan untuk "saling-salingan" pun muncul mengiringi perkembangan situasi itu. Saling menasehati, saling tolong-menolong , saling berpesan, saling telepon,saling misscalled, saling sms dan saling-saling lainnya. Hal ini tentu tidak terlepas dari alasan bahwa kita bersaudara dan ini berkaitan dan demi kerja da'wah.
Tentu alasan ini bisa dibenarkan, karena memang seorang saudara memilikihak ukhuwah atas saudaranya. Namun, kita juga mesti waspada agar salin-salingan itu tidak menyeret para ikhwan dan akhwat ke sebuah lembah yang jauh dari kemuliaan dakwah di mata Allah SWT. Karena jika kita mau jujur, dalam interaksi keduanya , sangat tipis sebenarnya jarak yang membedakan mana yang memang murni da'wah dan menunaikan hak ukhuwah, dengan mana yang interaksi berbumbu niat-niat lain. Hanya diri kita sendiri dan Allah sajalah yang tahu maksud kita sesungguhnya ("Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati" Al-Mukmin : 19). Oleh sebab itu kita harus banyak bertanya dan jujur pada hati nurani sendiri. SMS atau Missed call misalnya, bukankah SMS atau missed call rindu bisa saja berjubah SMS atau Missed Call amanah da'wah.
Sekirannya fenomena itu memang ada atau memang sudah mulai mengemuka, maka suatu hal yang mesti kita sadari adalah, bahwa kita hanya terikat karena dan dalam da'wah. Dan kita menyadari bahwa ada aturan ikatan kekerabatan (mahram) diantara kita. Oleh sebab itu kita perlu "pemurnian" agar interaksi ikhwan dan akhwat itu betul-betul interaksi da'wah yang tak secuil apapun disekutui niat lain didalamnya. Kitalah yang harus cerdas membedakan, mana interaksi da'wah yang memang mesti ditunaikan dan mana interaksi yang menyimpang yang mesti tak kita lakukan.
Tulisan ini tidak bermaksud menggurui dan bukan pula bertujuan untuk mengajak kita memutus interaksi antara keduanya. Kami hanya menuntut proposionalitas menghadapi fenomena yang berpeluang menjadi fitnah ini. Kita mesti menempatkan segalanya sesuai porsi mereka masing-masing. Kita tidak bisa menafikkan bahwa kita juga sering lupa. Dan ingatlah, bahwa fitnah itu juga bersemi diladang-ladang kebaikkan.
"Ingatlah Bahwa Allah Bersama Anda Dimana pun Anda Berada. Dia Mengawasi Anda dan Apa Saja Yang terlintas dipikiran Anda Pasti di KetahuiNya" (Hasan Al Banna). Wallohu' alam Bisshowab.
Terakhir yang ingin di sampaikan Bunga adalah, “ Akhi, kau memang saudaraku, tapi kau bukan mukhrimku. Sayangilah aku hanya karena Alloh, dan jagalah aku sebagai saudarimu dari segala tipu daya syaithon. Afwan .... ”

Tertulis seperti yang disampaikan di setujui Bunga pada Dina Hanugrah.