Senin, 31 Mei 2010

CATATAN HATI, Part 2

Alloh...jika boleh aku berkeluh kesah, aku sedih sekali hari ini. kesedihan yang benar- benar memuncak.walau, sudah ku persiapkan hari ini sebelumnya.
Satu ruang di hatiku telah diambil isinya...habis semua, bahkan tak tersisa lagi...mereka semua mengambilnya.Ya, aku tahu semua ini akan terjadi lambat, atau cepat.
Alloh, kukembalikan semuanya padamu. Pada titik keikhlasan bahwa aku melakukan semua ini hanya untukmu. Bukan karna perkara prestise.
Alloh, kukembalikan semuanya kepadamu...pada titik aku memulai langkah hanya untuk mencari ridhomu...bukan untuk mendapat pujian siapapun...
Alloh, ku kembalikan semuanya padamu...pada titik, aku hanya berharap cintamu...bukan ingin mendapat cinta mereka...atau siapapun diantara mereka...
Alloh, bantu aku melepaskan dendam dan kemarahanku pada mereka....
dan detik ini ku berazam...lihatlah, kan kubuktikan...aku bisa melampaui mereka...ya aku akan melampaui kalian...

Jumat, 28 Mei 2010

JIHAD ITU, DIMULAI DARI RUANG PERSEGI EMPAT....

Lathifah As Suri, tahukah engkau siapa dia???
Beliau adalah istri As-Syahid Imam Hassan Al- Banna. tak banyak buku atau kisah tentang beliau. Sejarahnya berhenti pada, bahwa sebelum menikah dengan sang Maestro Gerakan beliau adalah seorang wanita dari keluarga yang taat beragama dan memiliki karir yang cemerlang.
Setelah menikah Lathifah as Suri, mencukupkan semua kegiatan luarnya dan memilih fokus menjadi ibu full time dengan 6 orang anak. Itu adalah jalan Jihad yang dipilihnya. Beliau sadar, bahwa beban dakwah sang suami tidaklah ringan, dan karenanya beliau memilih jalan perjuangan lain. Bukan di medan tempur, tapi di sebuah rumah, membangun titik peradaban yang sebenarnya.
Perjuangan Lathifah membuahkan hasil yang gemilang. Semua anaknya sukses meraih predikat formal dalam pendidikan ilmiah. Yang sulung, bernama Wafa-menjadi istri Dr.Said Ramadhan. Kedua Ahmad Saiful Islam, kini sebagai sekjen advokat di Mesir. Ia juga pernah duduk di parlimen. Ketiga bernama Tsana, kini sebagai dosen di Universitas Kairo. Kelima Roja, kini menjadi doktor. Dan Halah sebagai dosen kedoktoran anak di UniversitasAzhar. Dan terakhir, Istisyhad sebagai doktor ekonomi Islam. Semuanya itu sebagai bukti, betapa berartinya sosok Ibu bagi keberhasilan dakwah sang suami dan anak.

Jika kelak anda menjadi seorang orangtua, akan menjadi akan menjadi orangtua seperti apakah anda?????

Rabu, 26 Mei 2010

Kisah LUCU Tentang Persahabatan

Ini kisah persahabatan dua anak manusia.Yang satu adalah putra presiden,yang laen pemuda rakyat jelata bernama Pono.Persahabatan ini terjalin sejak mereka masih dibangku sekolah.Pono punya kebiasaan yang kadang menjengkelkan.Apa pun peristiwa yang terjadi didepannya selalu dianggap positif."ITU BAEK"katanya senantiasa.
Hari itu seperti yang sering mereka lakukan,Pono menemani sahabatnya berburu.Tugasnya membawa senapan dan mengisi peluruagar selalu siap digunakan.Entah kenapa,barangkali belum terkunci secara sempurna,setelah diserahkan kepada sahabatnya senapan itu meletus.Akibatnya cukup fatal.Ibu jari putra presiden terkena terjangan peluru dan putus.Melihat itu tanpa sadar dengan kalemnya Pono erkomentar."ITU BAEK"kontan sahabtanya naik pitam.Bagaimana kau ini!Jempolku putus tertembak,malah dibilang baik.Brengsek!Agaknya,kali ini kelakuan Pono tak termaafkan.Ia dijebloskan ke penjara.Berapa bulan kemudian,sang putra presiden kembali berburu ke Afrika.Malang,Ia tersesat dihutan lebat dan tertangkap suku primitif yang masih kanibal.
Malam harinya,dalam keadaan terikat IA akan dibakar untuk disantap ramai ramai.Anehnya,mendadak Ia dibebaskan belakangan ketahuan,suku tersebut pantang memangsa makhluk yang organ tubuhnya tidak lengkap.Nasib baek itu membuat sang putra presiden termenung.Ia teringat kembali peristiwa ketika jempolnya putus tertembak lantaran ulah Pono.Ia kemudian menemui Pono di penjara."Ternyata kau benar,Ada baeknya jempolku tertembak"katanya sambil menceritakan peristiwa yang baru saja dialaminya di Afrika."Aku menyesal telah memenjarakanmu"
"Oh tidak!Bagiku,ini baek"Memenjarakan teman kau bilang baek?" kalau aku tidak dipenjara,pasti saat itu aku bersamamu."Kisah satir ini mengingatkan pada pernyataan Randolph Bourne,intelektual Amerika yang juga anak didik John Dewey.Ktanya,seorang temen itu memang dipilih untuk kita berdasarkan hukum perasaan yang tersembunyi,bukan oleh kehendak sadar kita si manusia.

UMAHAT MASA KINI

terinspirasi tablois suara islam edisi 15. Katanya, Tak ada umat manapun yang akan tetap eksis di dunia ini, bila tidak ditopang dengan peran para ibu dalam melahirkan generasi penerus yang tangguh. Tangguh dalam mempertahankan eksistensi umatnya maupun tangguh dalam menghadapi persaingan global dengan umat yang lain. Pun dengan Islam, kebangkitan umat yang terus diupayakan untuk meraih kejayaan jilid kedua (setelah Khulafau Rasyidin) membutuhkan peran yang cukup besar dari para ibu. Tak hanya ibu yang berani melahirkan anak yang banyak (huffh...), tapi juga ibu yang berani mempersiapkan diri, anak-anaknya dan suaminya terjun dalam barisan perjuangan Islam.

Gelar “Ibu” atau “Ummi” memang memiliki makna khusus dibandingkan istilah wanita atau perempuan (dalam bahasa Arab biasa disebut Nisaa’). “Ummi” mengandung makna sebuah tanggung jawab yang besar yang melekat pada seorang wanita. Tanggung jawab seorang ummi berdimensi sangat luas, tak sekedar menjadi seorang ibu biologis bagi anak-anak yang dilahirkannya saja.

Islam memberikan peran yang cukup besar kepada para ummahat (ibu-ibu). Paling tidak ada tiga dimensi utama peran ibu dalam pandangan Islam. Pertama adalah peran ibu dalam dimensi keluarga, kedua dimensi sosial masyarakat dan ketiga dimensi politik.

Pada dimensi pertama, semua kewajiban yang digariskan Allah SWT kepada para ibu akan berdampak langsung kepada semua elemen dalam keluarga. Kewajiban itu mencakup tanggung jawab sebagai istri maupun sebagai ibu. Dalam tulisan ini tak akan banyak dibahas dimensi pertama ini. Pendek kata, peran ummi dalam sebuah keluarga sebagai ummun wa rabbatul bait diharapkan dapat mewujudkan ketenangan dan kebahagiaan bagi suami dan anak-anaknya.

Perbincangan peran ummahat pada dimensi kedua dan ketiga yakni sosial, masyarakat dan politik sering luput dalam sorotan. Seolah para ummahat hanya memiliki kewajiban tunggal di dalam rumahnya saja. Padahal, sesungguhnya ummahat adalah bagian dari umat juga. Mereka juga memiliki tanggung jawab untuk menopang kekuatan umat. Mereka juga dituntut untuk berkontribusi dalam perubahan umat menuju masyarakat Islam.

Tak dapat dipungkiri bahwa dalam realita sejarah telah terbukti bahwa para ummahat ikut ambil bagian dalam perjuangan Islam. Dari masa Rasulullah SAW hingga masa generasi sesudahnya terukir nama para ummahat yang rela menyumbangkan tenaga, waktu, pikiran, harta, serta keahlian dalam dakwah Islam. Berikut ini beberapa peran yang patut dijadikan acuan bagi para ummahat di masa ini:

Aktif melakukan dakwah fikriyah. Umat yang hidup dalam lingkaran pemikiran kapitalis sekuler tak akan bisa bangkit kecuali bila pemikirannya berubah menjadi pemikiran Islam. Perubahan pemikiran umat ini memerlukan sentuhan dakwah yang tepat dan terus menerus. Dalam konteks ini, para ummahat memiliki peran yang besar untuk mendakwahkan pemikiran Islam di tengah keluarga, kerabat dan kaum wanita secara umum. Dakwah yang bisa mencerahkan umat untuk memprioritaskan keridhaan Allah dan Rasul-Nya daripada kenikmatan duniawi.

Dalam periode awal Islam tercatat bagaimana Umar bin Khaththab tersentuh dakwah pertama kali ketika adik perempuan bersama suaminya secara tak sengaja membaca ayat-ayat Alquran dan membuat Umar marah. Namun, keteguhan sang adik, di samping hidayah dari Allah SWT mampu memicu keislaman Umar, yang pada masa berikutnya justru menjadi pembela setia Rasulullah dan menjadi salah satu Khalifah.

Demikian pula kita dapat melihat bagaimana Sumaiyyah rela mengorbankan nyawanya untuk mempertahankan keimanannya. Keteguhan keluarga Amar bin Yassir ketika mendapatkan penyiksaan dari kaumnya, memberikan energi yang luar biasa bagi orang mukmin lainnya, betapa keridhaan Allah dan Rasul-Nya itu jauh lebih berharga daripada keridhaan kaumnya. Di masa ini, umat membutuhkan banyak umahat yang gigih mendakwahkan Islam di tengah keluarga dan para wanita lainnya, agar mereka dapat menjadi pendukung tegaknya kehidupan Islam. Sebab, masih banyak keluarga-keluarga dan para wanita yang telah teracuni oleh pemikiran sekuler belum dapat menerima aturan-aturan yang datang dari Islam.

Aktif mempromotori lingkungan yang Islami. Lingkungan adalah elemen terdekat bagi sebuah keluarga. Rusak atau baiknya lingkungan sedikit banyak akan membawa dampak secara langsung kepada keluarga-keluarga yang hidup di dalamnya. Tanpa ada upaya dari kader dakwah untuk mengubah atau mewarnai lingkungannya dengan pemikiran, perasaan dan kegiatan keislaman, maka keluarga muslim yang taat akan terisolasi dan terasing dari lingkungannya. Itulah sebabnya, para ummahat yang sebagian besar waktunya berada di lingkungan sekitar rumah punya peran yang strategis dalam menyuburkan lingkungan yang Islami.

Kita dapat meneladani apa yang dilakukan oleh ibunda Aisyah dalam mengajarkan ilmu Islam kepada para sahabat Rasulullah saw. Demikian pula apa yang dilakukan oleh putri Rasulullah saw, Fatimah, yang giat mendatangi para wanita dari kaumnya untuk mengajarkan Islam serta mendatangi para qadhi (hakim) untuk mengingatkan mereka agar senantiasa berpegang pada hukum Allah dan tidak berlaku dzalim.

Aktif menyumbangkan harta untuk dakwah. Sekalipun laki-laki yang diwajibkan bekerja untuk mencari nafkah, bukan berarti wanita tak boleh bekerja untuk memperoleh harta. Islam memberikan hak penuh kepada para wanita untuk memiliki dan menggunakan hartanya, baik yang diperoleh dari bekerja, nafkah, hadiah, warisan atau yang lainnya.

Para ummahat yang diberikan kemampuan harta oleh Allah seyogyanya menyumbangkan sebagian hartanya di jalan dakwah. Hal ini sangat berharga untuk memperkuat upaya perjuangan Islam, kerena perjuangan itu membutuhkan biaya. Isteri Rasulullah SAW, Khadijah merupakan contoh nyata seorang ibu yang memiliki kekayaan harta dan semua dia persembahkan untuk mendukung perjuangan Rasulullah dalam menegakkan panji-panji Islam.

Aktif menggalang kesatuan dan kekuatan ummat. Bagaimanapun, umat yang terdiri dari kaum wanita dan laki-laki dan tersebar dalam berbagai kelompok, ormas, orpol, jama’ah dll merupakan aset perjuangan Islam. Mereka semua perlu dipersatukan dan digalang untuk satu tujuan yang sama, yakni menegakkan kehidupan Islam. Karenanya, bersilaturahmi dengan para ustadzah, tokoh wanita Islam yang berpengaruh di tengah umat menjadi agenda penting bagi kader dakwah.