Rabu, 02 Juni 2010

Catatan Hati... part.3

Semalam, sepulang beraktifitas. Karena sakit gigi yang semakin menggila, kuputuskan untuk menonton TV. Niatnya sih supaya lupa sama tu sakit...e'...ternyata lupa beneran.ada film bagus di SCTV sekitar jam 22.00. Film indonesia, ringan tapi sangat mengena. judulnya Walginah (kalo gak salah). Film itu berkisah tentang seorang perempuan bernama Walginah, perempuan asli Indonesia yang seperti ikebanyakan perempuan Indonesia(terutama Jawa), merupakan sosok perempuan yang sangat nrimo (menerima& pasrahan). kendatipun beberapa penderitaan dan cobaan hidup bertubi- tubi menghampirinya.
Tapi sosok dalam film tersebut yang membuat saya terpukau kagum bukanlah sosok walginah, tapi sosok seorang perempuan (bukan pemeran utama) yang menjadi ibunya Drajat (suami kedua walginah).
Sang ibu (yang saya tidak tau namanya) merupakan seorang wanita yang memiliki resistensi tinggi terhadap penderitaan. ceritanya, dia rela dibenci anaknya Drajat karena harus meninggalkan ayah kandung Drajat saat sakit parah untuk menikah dengan seorang Jepang. alasannya sangat sederhana, dan realistis, demi Drajat anaknya. berikut adalah dialog yang menjelaskan alasan tersebut :
sang ibu berkata "Yang kamu tahu hanya tentang pengkhianatan itu, dan karena itu kamu membenci ibumu. Tidakkah kamu coba bertanya Jat, kenapa ibu melakukan itu? . Demi Alloh Jat, aku tidak mencintai laki- laki penjajah itu, yang kerjanya hanya merendahkan kaum perempuan, menjadikan setiap perempuan disekitarnya hanya sebagai gundik. Demi Alloh, sampai detik ini aku masih mencintai Ayahmu, tempatnya tidak tergantikan dihatiku. Tapi, kutanya kamu sekarang. Jika aku masih menikah dengan Ayahmu, apakah kamu bisa menamatkan kuliah mahalmu itu?apakah kamu bisa menjadi seorang akuntan seperti sekarang ini. Disaat itu aku harus membuat keputusan yang sangat cepat. Dan aku memilih, menyelamatkan masa depanmu diatas segala- galanya. ya, aku memilih kamu Jat...." (kurang lebih begitu)

hufft...penggalan dialog yang sangat dramatis menurutku. Bagaimana pada akhirnya seorang ibu rela berkorban, tanpa pamrih untuk anaknya. kendatipun karenanya dia dibenci bahkan oleh anak yang dibela & diperjuangkannya. untuk masa depan putra terkasihnya. walau ia harus membayar mahal karenanya.

Jadi inget kisah Bunda Najiyah yang rela menghanyutkan Musa di Sungai nill agar anaknya selamat dari kekejian firaun... pasti Najiah menghanyutkan musa dengan hati yang teramat berat.ibu waras mana yang rela & tenang- tenang saja membuang bayi kandungnya kesungai. pasti ada segi posesif seorang wanita pada waktu itu yang muncul. Hal tersebut dapat tersirat dari tilisan yang dibuat najiyah di keempat sisi keranda nabi musa.
Tapi Najiyah rela mengorbankan perasaan demi keselamatan putranya, dia rela berpisah dengan putranya, dan dikenal hanya sebagai ibu susu sampai Alloh membukakan semua tabir kebenaran.
Najiah, seorang ibu yang meletakkan keselamatan putranya diatas perasaannya. dan itu dia lakukan dengan sadar.
Najiah mengembalikan semuanya pada Alloh dan Janji Alloh padanya...

kemudian siti hajar,tujuh kali dia berlari antara bukit safa dan marwah untuk mencari Air, karena putranya ismail menangis kehausan. tapi air itu tak kunjung ditemuinya, karena memang disana tidak ada sumber mata air. tapi bahkan setelah satu, dua, tiga kali, Hajar tetap berlari dari bukit shofa menuju marwah untuk mencari air, walau dia tau, disana tak ada sumber air. sampai akhirnya, Alloh menurunkan karunia & bukti cintanya, Air itu terpancar dari bekas jejakan kaki ismail yang menangis karena kehausan. maha besar Alloh atas segala Janjinya.
Siti Hajar, seorang wanita biasa yang hanya meyakini bahwa janji Alloh itu benar. Rela berkorban untuk putranya Ismail as, dia rela berlari nenyebrangi dua bukit. di bawah terik matahari dan debu padang pasir kota Makkah yang sama sekali tidak bersahabat.tanpa bekal apaun.
Aku hanya bisa membayangkan, hajar pada waktu itu, ditengah padang pasir yang luas, melihat anaknya menangis kehausan. Dia hanya berfikir, bagaimana mendapatkan air untuk putranya, agar putranya bertahan hidup. dia berlari melintasi dua bukit, tanpa lelah dan putus asa. Dia hanya sedang berusaha, semoga ada harapan disebrang sana.
Bahkan hajar tak memikirkan dirinya sendiri pada waktu itu. berlari melintasi bukit shafa dan marwah di bawah terik matahari bukanlah hal yang mudah. Aku yakin pada waktu itu, bukan hanya Ismail yang kehausan dan ketakutan. Pun Bunda Hajar, pasti merasakan ketakutan dan kehausan yang berkali lipat dari apa yang dirasakan Ismail as .
Tapi, bunda Hajar mengabaikan semua yang ia rasakan. Hanya Ismail yang ada di benaknya, bagaimana mencari air untuk Ismail putranya.
Pantaslah jika Alloh, mengabadikan moment itu sebagai salah satu ritual dalam ibadah haji. Ya, agar seluruh umat muslim tau, dan mengenang keluhuran cinta Siti Hajar- keikhlasan, usaha dan pengorbanan SEORANG IBU UNTUK PUTRANYA- Ismail as.

Setiap ibu pasti rela mengorbankan apapun demi putranya. Ayah juga...walau tak sebesar ibu.
Yang jelas, setiap orang tua pasti rela mengorbankan apapun demi putranya, Cinta yang mereka berikan merupakan cinta yang ikhlas. Cinta yang tak mengenal syarat, cinta yang berasal dari mata air pengorbanan.
cinta itu, cinta yang kita rasakan pada setiap untaian doa yang mengangkasa, pada setiap tatap lembut penuh makna.
mereka meletakkan cintanya pada kita, diatas segalanya...

_because I love U, Ayah & ibu_

2 komentar:

  1. Sip.sip..adakalanya orang tua memiliki harapan besar untuk anaknya...tinggal bagaimana dg si anak.

    BalasHapus

Sebagai masukan dan bahan pembelajaran siapapun, tolong berikan komentar anda.... :)